assalamu'alaikum wr wb
Kamis, 22 Oktober 2015
Rabu, 21 Oktober 2015
Selasa, 20 Oktober 2015
Ringkasan Jurnal
Ringkasan
jurnal Pembuatan produk biodiesel dari
Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi
a.
Latar
belakang
Sumber
daya alam minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui dan lama-kelamaan akan habis. permasalahan tersebut menjadikan kita
harus berfikir bagaimana caranya untuk menggantikan SDA tersebut dengan sumber
daya energi yang murah dan tepat guna. Sebagai jawaban adalah bioenergi. Biodiesel
merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar solar.
Bahan bakunya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Minyak goreng
bekas yang biasanya hanya dibuang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel.
b.
Hasil
dan pembahasan
1.
Pretreatment
(esterifikasi)
yang dilakukan pada minyak goreng bekas mampu menurunkan kadar asam lemak bebas
dari 2,5% menjadi 1,1%.
2.
Pada
tahap transesterifikasi yield biodiesel yang dihasilkan mencapai 88%.
3.
Sifat
fisik dan kimia biodiesel hasil sintesis
|
Biodiesel penelitian ini
|
SNI Biodiesel
|
|||
|
850
3,2
0,5
0,02
176
9
14,6
51
|
850-890
2,3 – 6
Maks. 0,8
Maks. 0,05
Min.100
Mak. 18
Mak. 18
Min.
51
|
·
Densitas
Biodiesel yang dihasilkan dari penelitian ini mempunyai densitas pada
suhu 40 oC sebesar 850 kg/L. Nilai ini memenuhi standar biodiesel yaitu range
antara 850-890 kg/L (40 oC) . Densitas yang rendah akan menghasilkan nilai
kalor yang tinggi.
·
Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik sebesar 3,2 cSt. Nilai ini masuk dalam standar SNI
biodiesel yang ditetapkan pemerintah yaitu 2,3 – 6 cSt. Viskositas yang terlalu
rendah dapat menyebabkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar dan kalau
terlalu tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat injeksi dan mempersulit
pengabutan bahan bakar. Jika dibandigkan dengan standar bahan bakar solar (1,6
– 5,8 sCt), biodiesel ini dari sisi viskositas masuk dalam standar yang
ditetapkan sehingga biodiesel ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti
solar.
·
Bilangan asam
Biodiesel yang dihasilkan mempunyai bilangan asam sebesar 0,5 mg KOH /g.
Nilai ini memenuhi standar biodiesel yaitu maksimal 0,8 mg KOH/g. Jika ditinjau
dari bilangan asam minyak goreng bekas sebesar 5,26 mg KOH/g dan 55% nya sudah
dapat dihilangkan melalui pretreatment (reaksi esterifikasi) seharusnya
sisa bilangan asam sebesar 2,367 mg/KOH. Besarnya selisih ini disebabkan karena
sebagian besar asam lemak bebas sisa bereaksi dengan katalis KOH membentuk
sabun. Ini ditandai dengan terbentuknya emulsi pada saat pencucian biodiesel
dengan menggunakan air.
·
Kadar air
Kadar air yang terdapat dalam biodiesel sebesar 0,02%
volum. Kadar ini lebih kecil dibandingkan dengan SNI biodiesel yang
mensyaratkan maksimal 0,05% volum. Begitu juga dengan standar bahan bakar solar
mensyaratkan maksimal 0,05%.
·
Angka setana
Kualitas bahan bakar solar dinyatakan dalam angka cetan dan dapat diperoleh
dengan jalan membandingkan kelambatan menyala bahan bakar solar dengan
kelambatan menyala bahan bakar pembanding dalam uji bangku CFR. Angka cetan
biodiesel ini didapatkan dengan cara mengkonversikan nilai indek cetan yang
diperoleh dari analisa yang dilakukan di Lemigas. Angka cetan yang didapatkan
sebesar 51,5. Nilai ini masuk dalam SNI biodiesel sehingga dilihat dari sisi
angka setana, biodiesel hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar pengganti solar.
·
Titik nyala
Titik nyala yang didapatkan sebesar 176 oC. Nilai ini
memenuhi standar bahan bakar solar dan SNI biodiesel. Titik nyala yang tinggi
akan memudahkan penyimpanan bahan bakar, karena minyak tidak akan mudah
terbakar pada temperatur ruang.
·
Titik tuang dan titik kabut
Titik tuang yang diperoleh sebesar 9 oC atau 48,2 oF. Standar solar
mensyaratkan bahwa titik tuang maksimal 65 oF. Berarti biodiesel yang diperoleh
dari penelitian ini memenuhi standar bahan bakar solar. Titik kabut yang
didapatkan dari perhitungan titik tuang ditambah 10 oF sebesar 58,2 oF atau
14,6 oC. ini berarti biodiesel yang dihasilkan memenuhi SNI biodiesel yang
mensyaratkan titik kabut maksimal 18 oC.
c.
Peluang
penelitian selanjutnya
·
Penelitian
ini sudah selesai dilakukan dan diperoleh hasil bahwa biodisel memenuhi satandar dan bisa menjadi alternatif
sebagai bahan bakar pengganti solar.
·
Memerlukan
instrumen alat yang tidak sederhana seperti GCMS, piknometer, Falling Ball
Viscometer, labu leher tiga, pengaduk, termometer, kondensor dan proses
pengecekan/pengujian khusus sehingga biayanya tidak murah dan akan sulit untuk
dipraktikkan oleh masyarkat luas.
KOROSI
“KOROSI”
A.
Pengertian korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya
yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa
sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.
Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa
disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus
Fe2O3.XH2O
Anode :
Fe(s) Fe2+(aq)
+ 2e–
Katode : O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– 4 OH–(l)
Redoks : 2 Fe(s)
+ O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++
2 H2O(l)
reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimanaion H+ sebagian
dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan airmembentuk H2CO3.
Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebihlanjut oleh oksigen
membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi.
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi.
B. Faktor
yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
a.
Air
dan kelembapan udara
Air
merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara
yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b. Elektrolit
Elektrolit
(asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh
oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan
penyebab korosi yang utama.
c. Adanya oksigen
Pada
peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
C. Pencegahan
korosi
Korosi
dapat menimbulkan kerugian karena dapat mengurangi umur barang-barang yang
terbuat dari besi. Proses korosi memerlukan oksigen dan air oleh sebab itu maka prinsip
untuk mencegah terjadinya korosi yaitu dengan menghindari kontak dengan salah
satu oksigen atau air.
Berikut
ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah/memperlambat korosi :
a. a. Mengecat
Cat
dapat menghindarkan kontak langsung antara besi dan udara lembab sehingga dapat
memperlambat korosi. Cara ini biasa dilakukan pada pintu, pagar, pipa besi, dan
lain-lain.
b. b. Melumuri dengan oli
Melumuri
dengan oli dapat mencegah kontak langsung dengan air dan uadara lembab. Cara
ini biasa dilakukan pada perkakas dan mesin.
c.
c. Dibalut
dengan plastik
Cara
ini biasa digunakan misalnya pada rak piring dan keranjang sepeda.
d. d. Tin Plating
Tin
plating ialah pelapisan dengan timah. Cara ini dilakukan biasanya pada kaleng
kemasan karena timah merupakan logam yang anti karat.
e.
e. Galvanisasi
Galvanisasi
adalah pelapisan dengan zink. Cara ini dilakukan karena zink juga merupakan
logam anti karat. Contohnya pada : tiang listrik atau tiang telepon, papa air,
dan pagar.
f.
f. Cromium
Plating
Cromium
Plating adalah pelapisan dengan menggunakan kromium. Sama seperti zink, kromium
dapat memberikan perlindungan terhadap korosi meskipun lapisan kromium ada yang
rusak. Cara ini biasa dilakukan pada sepeda dan bumper mobil.
Langganan:
Postingan (Atom)