assalamu'alaikum wr wb

Selasa, 20 Oktober 2015

Ringkasan Jurnal


Ringkasan jurnal Pembuatan produk biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi
a.       Latar belakang
Sumber daya alam minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan lama-kelamaan akan habis. permasalahan tersebut menjadikan kita harus berfikir bagaimana caranya untuk menggantikan SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat guna. Sebagai jawaban adalah bioenergi. Biodiesel merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar solar. Bahan bakunya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Minyak goreng bekas yang biasanya hanya dibuang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

b.      Hasil dan pembahasan
1.       Pretreatment (esterifikasi) yang dilakukan pada minyak goreng bekas mampu menurunkan kadar asam lemak bebas dari 2,5% menjadi 1,1%.
2.       Pada tahap transesterifikasi yield biodiesel yang dihasilkan mencapai 88%.
3.       Sifat fisik dan kimia biodiesel hasil sintesis

Sifat fisik dan kimia

Biodiesel penelitian ini

SNI Biodiesel


Densitas(40oC),kg/L
Viskositaskinematik(40oC),cSt
Bilangan asam, mg KOH/g
Kadar air, % vol
Titik nyala, oC
Titik tuang, oC
Titik kabut, oC
Indeks Cetan



850
3,2
0,5
0,02
176
9
14,6
51

850-890
2,3 – 6
Maks. 0,8
Maks. 0,05
Min.100
Mak. 18
Mak. 18
Min. 51

·         Densitas
Biodiesel yang dihasilkan dari penelitian ini mempunyai densitas pada suhu 40 oC sebesar 850 kg/L. Nilai ini memenuhi standar biodiesel yaitu range antara 850-890 kg/L (40 oC) . Densitas yang rendah akan menghasilkan nilai kalor yang tinggi.

·         Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik sebesar 3,2 cSt. Nilai ini masuk dalam standar SNI biodiesel yang ditetapkan pemerintah yaitu 2,3 – 6 cSt. Viskositas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar dan kalau terlalu tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat injeksi dan mempersulit pengabutan bahan bakar. Jika dibandigkan dengan standar bahan bakar solar (1,6 – 5,8 sCt), biodiesel ini dari sisi viskositas masuk dalam standar yang ditetapkan sehingga biodiesel ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.

·         Bilangan asam
Biodiesel yang dihasilkan mempunyai bilangan asam sebesar 0,5 mg KOH /g. Nilai ini memenuhi standar biodiesel yaitu maksimal 0,8 mg KOH/g. Jika ditinjau dari bilangan asam minyak goreng bekas sebesar 5,26 mg KOH/g dan 55% nya sudah dapat dihilangkan melalui pretreatment (reaksi esterifikasi) seharusnya sisa bilangan asam sebesar 2,367 mg/KOH. Besarnya selisih ini disebabkan karena sebagian besar asam lemak bebas sisa bereaksi dengan katalis KOH membentuk sabun. Ini ditandai dengan terbentuknya emulsi pada saat pencucian biodiesel dengan menggunakan air.

·         Kadar air
 Kadar air yang terdapat dalam biodiesel sebesar 0,02% volum. Kadar ini lebih kecil dibandingkan dengan SNI biodiesel yang mensyaratkan maksimal 0,05% volum. Begitu juga dengan standar bahan bakar solar mensyaratkan maksimal 0,05%.

·         Angka setana
Kualitas bahan bakar solar dinyatakan dalam angka cetan dan dapat diperoleh dengan jalan membandingkan kelambatan menyala bahan bakar solar dengan kelambatan menyala bahan bakar pembanding dalam uji bangku CFR. Angka cetan biodiesel ini didapatkan dengan cara mengkonversikan nilai indek cetan yang diperoleh dari analisa yang dilakukan di Lemigas. Angka cetan yang didapatkan sebesar 51,5. Nilai ini masuk dalam SNI biodiesel sehingga dilihat dari sisi angka setana, biodiesel hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.

·         Titik nyala
 Titik nyala yang didapatkan sebesar 176 oC. Nilai ini memenuhi standar bahan bakar solar dan SNI biodiesel. Titik nyala yang tinggi akan memudahkan penyimpanan bahan bakar, karena minyak tidak akan mudah terbakar pada temperatur ruang.

·         Titik tuang dan titik kabut
Titik tuang yang diperoleh sebesar 9 oC atau 48,2 oF. Standar solar mensyaratkan bahwa titik tuang maksimal 65 oF. Berarti biodiesel yang diperoleh dari penelitian ini memenuhi standar bahan bakar solar. Titik kabut yang didapatkan dari perhitungan titik tuang ditambah 10 oF sebesar 58,2 oF atau 14,6 oC. ini berarti biodiesel yang dihasilkan memenuhi SNI biodiesel yang mensyaratkan titik kabut maksimal 18 oC.

c.       Peluang penelitian selanjutnya
·         Penelitian ini sudah selesai dilakukan dan diperoleh hasil bahwa biodisel  memenuhi satandar dan bisa menjadi alternatif sebagai bahan bakar pengganti solar.
·         Memerlukan instrumen alat yang tidak sederhana seperti GCMS, piknometer, Falling Ball Viscometer, labu leher tiga, pengaduk, termometer, kondensor dan proses pengecekan/pengujian khusus sehingga biayanya tidak murah dan akan sulit untuk dipraktikkan oleh masyarkat luas.



KOROSI



“KOROSI”

A.    Pengertian korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O
Anode             : Fe(s)          Fe2+(aq) + 2e
Katode            : O2(g) + 2 H2O(l) + 4e           4 OH(l)
Redoks            : 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimanaion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan airmembentuk H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebihlanjut oleh oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi.


B.     Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
a.       Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b.      Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.
c.       Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.


C.    Pencegahan korosi
Korosi dapat menimbulkan kerugian karena dapat mengurangi umur barang-barang yang terbuat dari besi. Proses korosi memerlukan oksigen dan air oleh sebab itu maka prinsip untuk mencegah terjadinya korosi yaitu dengan menghindari kontak dengan salah satu oksigen atau air.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah/memperlambat korosi :

a.       a. Mengecat
Cat dapat menghindarkan kontak langsung antara besi dan udara lembab sehingga dapat memperlambat korosi. Cara ini biasa dilakukan pada pintu, pagar, pipa besi, dan lain-lain.
b.       b. Melumuri dengan oli
Melumuri dengan oli dapat mencegah kontak langsung dengan air dan uadara lembab. Cara ini biasa dilakukan pada perkakas dan mesin.
c.        c. Dibalut dengan plastik
Cara ini biasa digunakan misalnya pada rak piring dan keranjang sepeda.
d.       d. Tin Plating
Tin plating ialah pelapisan dengan timah. Cara ini dilakukan biasanya pada kaleng kemasan karena timah merupakan logam yang anti karat.
e.        e. Galvanisasi
Galvanisasi adalah pelapisan dengan zink. Cara ini dilakukan karena zink juga merupakan logam anti karat. Contohnya pada : tiang listrik atau tiang telepon, papa air, dan pagar.
f.        f. Cromium Plating
Cromium Plating adalah pelapisan dengan menggunakan kromium. Sama seperti zink, kromium dapat memberikan perlindungan terhadap korosi meskipun lapisan kromium ada yang rusak. Cara ini biasa dilakukan pada sepeda dan bumper mobil.